victims

Wednesday, January 31, 2018

Blogging

Tak bisa dipungkiri, blog gua ini tercipta diawali dengan menghabiskan Kambing Jantan mahakarya ((bang)) Raditya Dika. Radit membuat buku dari postingan blognya di blogspot kemudian laku keras ketika gua SMA.
Dengan Kambing Jantan gua dan mungkin banyak orang di luar sana sadar bahwa, nulis itu mudah. Bisa diawali dengan apa terjadi dalam keseharian kita. Dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Radit sukses memperlunak kata "menulis" bagi gua yang pada awalnya nulis itu kayaknya kudu berbobot tinggi dengan bahasa baku.. dan kini.. seperti sekarang gua nulis ngalir aja gitu kayak ingus pas lagi sujud rakaat terakhir. Sedikit dipikir kemudian tak.. tak.. tik.. mengandalkan ingatan yang ada aja gitu.
Kadang mungkin kepikiran kalo..
"ah idup gua ga seasik radit buat ditulis.."
Ya objeknya kan ga harus idup kita.. tulis aja idup orang atau pendapat akan sesuatu, macam review film atau makanan. Di Kambing Jantan sendiri isinya ada keseharian Radit di kampus, kemudian ada pas SMA pula. Di buku berikutnya kalo ga salah ngebahas mobil  Timor-nya dia dan temen SMAnya dia yang bernama Mbip.
Banyaklah pokokmen. Post blog ini aja ditulis karena gua ga punya ide mau nulis apa.. kemudian gua termenung.. scrolling Twitter.. dan kemudian memutuskan.
gancil dah yakin~

Monday, January 29, 2018

Mengenali Suara yang Ada Di Sana

Telepon rumah menjadi gawai telekomunikasi pertama yang saya gunakan sebelum ponsel nirkabel ( eh~ sempet ada juga ya telepon rumah yang nirkabel) menjadi tren. Penggunaan telepon rumah membuat harus adanya buku telepon yang berisi nomor-nomor penting tuk dihubungi. Ada nomor kantor bapak, Kokoh jual gas, tetangga-tetangga dan TOP 5 nomor telepon rumah teman yang kerap kita ganggu tuk tanya-tanya PR atau janjian latihan nari untuk mata pelajaran KTK.

Beberapa pesawat telepon di awal 2000-an akhirnya tercipta untuk dapat menyimpan beberapa list nomor telepon setelah sekian lama hanya bisa redial dengan efek tut tut tut tut tut tut tut seakan memencet nomor telepon yang kita kontak sebelumnya.

Pemakaian pesawat telepon rumah memaksa kita untuk kenal seluruh anggota keluarga orang yang kita tuju. Karena sifat telepon rumah adalah :
BURUAN DIANGKAT KARENA KITA GA TAU SIAPA YANG TELEPON
KALO PENTING GA BISA TELEPON BALIK

Maka siapa yang paling dekat dan memadai tuk menjawab panggilan, maka orang itulah yang diberi mandat oleh semesta. Celaka memang tuk orang-orang yang malas basa-basi karna harus

"halo"

"iya betul cari siapa"

dan seterusnya. Bisa aja hari ini pembantunya yang jawab, besok ibuknya, kakaknya, bapaknya dan yang lainnya yang ada di dalam rumah.

Memakai telepon rumah membuat kita peka dengan suara. Hanya dengan "halo" kita tau siapa yang ada dibalik telepon ini. Padahal telepon rumah banyak ada distorsi suara namun tetap saja kita langsung paham untuk jawab..

" si keke ada tante ?"
" doni di rumah mbak ?"

dan yang menjawab pun hafal..

"halo, Derry ya ? cari Nunung ?.. nih.."

Betapa ajaib telepon rumah itu dengan segala kemesraan yang ada di Bumi ini.

Hal penting juga dari telepon rumah adalah..
sinyalnya selalu ada setiap saat kecuali saat badai atau di dalam cerita-cerita detektif Conan yang mana tiba-tiba sambungannya terputus dan kesimpulannya

"Besok pagi baru bisa digunakan kembali karena petugas tertahan badai salju"

Dengan modal nomor telepon rumah pula banyak tele-marketing yang mengais rejeki, karena hal di atas tadi : telepon rumah selalu diangkat. Perusahaan yang paling banyak mengandalkan ini adalah asuransi dan mereka pula yang paling sering ditolak dan hingga kini pula masih mereka andalkan.

Nasib telepon rumah kini hanya jadi sebuah side-dish dari layanan sambungan internet. Tak lagi pokok seperti dahulu kala. Ya sekarang menelpon dengan ponsel lebih diandalkan, lebih personal dan murah pula.

Tetapi nomor telepon rumah masih saja tertera pada berbagai formulir sebagai persyaratan yang wajib. Karena ketika terjadi sesuatu pada kita, maka rumahlah yang  pertama yang akan mendapat kabar.




Wednesday, January 24, 2018

Monita

Memulai kembali menjadi hits single tahun 2017. Lahir dari album Dandelion menjadi citra baru Monita yang lebih Monita ( albem lama Indra Lesmana banget )

Kepindahan saya ke Jakarta mencoba memulai kembali yang dulu pernah saya geluti selama kuliah.  4 tahun mendalami periklanan, setahun kerja coba-coba di ahensi dihital lokal namun ketika lulus (setelah 6 tahun jadi mahasiswa) saya mendalami dunia lain.

Memulai kembali selalu sulit karena harus berusaha mendaki ketertinggalan. Periklanan terus melaju seiring dengan teknologi. Kuliah dulu mana ada kepikiran akan ada digital media segala. Garap kampanye 360 aja udah paling keren. Sekarang menang di dunia nyata juga harus juara di dunia maya.

Sejak seminggu ini saya belajar memulai kembali. Mulai belajar lagi komunikasi, digital media, serta mendalami kehidupan masyarakat dan mengerti segala kemauan dan motivasinya dalam mengkonsumsi dan berbagi informasi.

Monita punya modal saya pun punya tinggal bagaimana kita mencari celah dan berupaya memenangkan hati bos-bos kita aja lewat yang pernah kita punya dan prospek yang siap kita ciptakan. yegak ?

Tanya Derry Sebelum Membeli : Dynakat Chocolate Drink : Dark Chocolate Flavour

Selain dari re-packaging (bener ga sih? haha) Teh Botol (plastik) Sosro yang menjadi semakin ciamik, di kulkas sebelahnya ada minuman cokelat yang kira-kira sudah sebulan bertengger di eye-level cool-case.

Dynakat botol melengkapi serangkaian produk makanan dan minuman dyna. Sebelumnya sudah terlebih dahulu muncul minuman cokelat sachet, puding bubuk, tepung gula dan olahan lainnya.
Dyna sendiri kalau dicari lewat google yang pertama muncul ialah Toyota Dyna, truk garapan toyota.  Dynakat sendiri merupakan produk yang dikeluarkan oleh Hokkan Indonesia, perusahaan yang sahamnya dikuasai oleh Hokkan Holdings Group dan Toyota Tsusho Group. Ada hubungannya dengan Dyna ? mungkin aja kali ya~

Rasanya gimana der ?

Meskipun belom nyobain coklat sachetnya Dynakat, tapi kayaknya rasanya akan sama dengan versi botolnya.
Meskipun ada sensasi sepet-sepet a la minuman cokelat, Dynakat masih terlalu manis untuk dark chocolate.

Dengan 8000 rupiah, desain botol dan covernya tidak meyakinkan sebagai minuman yang semi-premium. Baiknya dibentuk kembali visualnya dan rasanya agar cocok menjadi minuman 8000. Dengan harga yang sama sudah ada minuman lain yang menjadi pilihan utama / pasti seperti kopiko atau susu cokelat dengan harga 5500 - 6500 saja.
Sampai tulisan ini selesai rasa manisnya masih nyantol, cukup asik kalo emang butuh pemanis dikala pahitnya hidup.

Monday, January 22, 2018

Deras Deres

Kesulitan dari hujan yang tak henti dan tak pasti ini ialah tak adanya waktu tuk work out. Kalau sekedar berkeringat mah saya makan mie goreng (double) juga kemringet.
Mungkin ada ide tuk nge-gym aja, tapi entah mengapa kutaksuke tuk ngejim. Biasanya saya punya program sendiri tuk olahraga (demi dengkul yang tetap tegar) jadi kalo ngejim-ngejim takutnya ga efektif dan ngebosenin.
Hujan pun menyulitkan dalam rangka pengeringan sandang yang dipakai olahraga.. secara baju - celana olahraga banyak yang disumbangkan saat pindahan kemarin. Sisanya juga masih ada di box.
Tapikan hujan ini rejeki juga, untuk Pak tani, Bu tani, tanaman-tanaman, hewan, adek-adek ojek payung, mang taxi plus pabrik jas hujan cap Gajah.

Hijerah

Seminggu sudah terkatung di Tangsel mencoba peruntungan yang apakah akan datang dengan segera atau memang butuh menunggu.
Sambil mencari celah saya kembali mendalami kita ini secara seksama. Secara udah cukup lama juga ga tinggal di sini sehingga belum paham kebiasaan, pola hidup, pola berkendara, dan segala siklus yang terjadi di sini...
kalau makan enaknya kemana, keluar rumah baiknya pukul berapa, kalau janjian di Jakarta harus berangkat jam berapa, ngisi bensin 20ribu cukup buat berapa hari dan seterusnya.
Cukup banyak penyesuaian yang wajib dilakukan demi bertahan hidup dan survive, karena key of successs adalah kunci sukses.